HarianLampung.co.id – Gunung Api Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timu, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali memberikan pertunjukan spektakuler dengan erupsinya pada hari Minggu, 23 Juni 2024, sekitar pukul 06.57 Wita. Tinggi kolom abu yang terpancar mencapai 900 meter di atas puncak, menciptakan pemandangan yang memukau namun juga menimbulkan kekhawatiran bagi warga sekitar.
Menurut keterangan resmi yang dirilis oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui situs magma.esdm.go.id, erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki ini tercatat dengan jelas melalui seismograf dengan amplitudo maksimum mencapai 47.3 mm dan durasi letusan selama 272 detik. Fenomena alam ini juga ditandai dengan kolom abu yang berwarna kelabu dengan intensitas tebal yang menjulang ke arah barat dan barat laut.
Meskipun demikian, Kementerian ESDM tidak tinggal diam dalam menghadapi situasi ini. Mereka mengimbau agar masyarakat dan pengunjung yang berada dalam radius 3 km dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki dan Gunung Lewotobi Perempuan untuk tidak melakukan aktivitas apapun. Selain itu, mereka juga mengingatkan agar seluruh orang yang berada di sekitar gunung untuk menjauh 4 km dari arah baratlaut utara dan selatan-tenggara dari pusat erupsi.
Tidak hanya itu, masyarakat juga diingatkan untuk tetap tenang dan mengikuti arahan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah serta tidak mudah percaya pada informasi yang tidak jelas sumbernya. Pemerintah Daerah juga telah berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi di Bandung untuk memantau situasi ini dengan cermat.
Dengan adanya erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki ini, tentu saja menjadi peringatan bagi kita semua akan potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh alam. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu waspada dan siap menghadapi berbagai kemungkinan dalam menghadapi bencana alam. Semoga situasi ini dapat segera terkendali dan tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi masyarakat sekitar gunung.