Harian Lampung Co Id – Banyak orang tua baru panik saat anaknya didiagnosis fimosis. Kenali 5 kesalahan umum yang sering terjadi dan pelajari cara menangani fimosis pada anak dengan tenang dan tepat.
Untuk penjelasan medis lengkap tentang kondisi ini, baca juga Apa Itu Fimosis? Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi, dan Pencegahan disini.
“Anak saya kenapa menangis terus saat pipis?” Itulah kalimat cemas yang sering terucap dari orang tua baru di ruang praktek dokter.
Saat diagnosis ‘fimosis’ muncul, reaksi pertama biasanya bukan pemahaman—tapi kepanikan.
Padahal, fimosis adalah kondisi umum yang bisa ditangani dengan baik jika dikenali dan dipahami secara tepat.
5 Kesalahan Umum Orang Tua dalam Menangani Fimosis pada Anak
1. Mengira Semua Fimosis Harus Disunat
Banyak orang tua langsung mendorong tindakan sunat begitu mendengar kata “fimosis”, padahal pada bayi dan balita, fimosis umumnya bersifat fisiologis—artinya wajar terjadi dan akan membaik seiring pertumbuhan.
Solusi: Berikan waktu. Ikuti pemeriksaan rutin dengan dokter anak. Tindakan medis hanya perlu diambil bila fimosis menunjukkan gejala patologis.
2. Menarik Kulup Paksa Saat Mandi
Karena ingin anak “segera sembuh”, sebagian orang tua mencoba menarik kulup penis secara manual. Sayangnya, ini justru bisa menimbulkan luka, nyeri, bahkan infeksi.
Solusi: Cukup bersihkan bagian luar penis dengan air hangat, tanpa perlu intervensi berlebihan. Jangan pernah menarik paksa tanpa anjuran medis.
3. Mengabaikan Tanda Ringan karena Kurangnya Edukasi
Kemerahan ringan atau anak sedikit meringis saat pipis kadang dianggap sepele. Tapi tanpa edukasi yang cukup, orang tua bisa kehilangan momen deteksi dini.
Solusi: Amati perilaku anak saat buang air kecil. Bila muncul bengkak, nyeri, atau anak tampak menahan pipis, segera konsultasikan.
4. Percaya pada Mitos yang Tak Berdasar
“Kalau nggak disunat, nanti dewasa susah punya anak.” Mitos seperti ini masih banyak dipercaya dan justru memperparah ketakutan orang tua.
Solusi: Cari informasi dari sumber terpercaya. Tanyakan langsung ke dokter, dan hindari keputusan gegabah berdasarkan tekanan sosial.
5. Menyalahkan Diri Sendiri Sebagai Orang Tua
Banyak orang tua merasa bersalah karena tidak menyadari kondisi ini sejak awal. Ada juga yang menganggap dirinya kurang perhatian.
Solusi: Berhenti menyalahkan diri. Fimosis bukan hasil dari kelalaian, melainkan proses alami yang membutuhkan pemahaman, bukan penyesalan.
Dengan informasi dan pendekatan yang tepat, fimosis bukan hal menakutkan. Alih-alih merasa gagal, jadikan momen ini sebagai bagian dari tumbuh bersama anak—belajar, memahami, dan mencintai lebih dalam.
📌 Jangan sampai terlewat!
📲 Follow Harian Lampung untuk berita lainnya agar lebih UpDate!