Media Inspirasi Masa Kini
News  

Daftar 10 Negara Yang Sedang Mengalami Krisis Utang

Daftar 10 Negara Yang Sedang Mengalami Krisis Utang
Daftar 10 Negara Yang Sedang Mengalami Krisis Utang

HarianLampung.co.id – Daftar 10 Negara Yang Sedang Mengalami Krisis Utang. Suku bunga yang tinggi, meningkatnya risiko investasi, dan pinjaman yang membengkak dalam beberapa tahun terakhir membuat sejumlah negara berkembang terbelit krisis utang.

Membantu mereka keluar dari masalah ini menjadi agenda utama pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Marrakesh, Maroko, yang akan dimulai pekan depan.

Krisis Utang: Apa yang Sedang Terjadi?

Negara-negara berkembang sedang menghadapi tantangan besar dalam mengelola utang mereka. Ini disebabkan oleh beberapa faktor ekonomi, termasuk suku bunga yang tinggi dan risiko investasi yang meningkat.

10 Negara Yang Sedang Mengalami Krisis Utang

Mari kita lihat beberapa negara yang menghadapi masalah utang.

MESIR: Misi Kesulitan di Afrika Utara

Mesir, dengan perekonomian terbesar di Afrika Utara, menghadapi tugas berat. Mereka harus mengembalikan utang mata uang asing senilai 100 miliar dolar AS dalam lima tahun ke depan.

Untuk tahun fiskal 2023/2024, mereka memerlukan pendanaan sebesar 24 miliar dolar AS. Mesir telah mencoba mengatasi masalah ini dengan program IMF senilai 3 miliar dolar AS dan devaluasi mata uang mereka.

Namun, rencana privatisasi berjalan lambat, dan pemilu yang akan datang menambah kompleksitas situasi ini.

ETHIOPIA: Dampak Pandemi dan Perang Saudara

Ethiopia mengalami pukulan keras akibat pandemi COVID-19 dan perang saudara yang berkepanjangan. Mereka juga kehilangan akses bebas bea ke AS dan dihadapkan pada tuduhan pelanggaran hak asasi manusia.

Ethiopia mencoba mendapatkan restrukturisasi utang berdasarkan Kerangka Kerja Bersama G20. China memberikan penangguhan pembayaran sebagian utang mereka, dan prospek mereka mulai membaik.

GHANA: Krisis Ekonomi dan Proses Restrukturisasi

Ghana mengalami krisis ekonomi yang parah, gagal membayar sebagian besar utang luar negerinya pada akhir 2022. Namun, mereka telah melakukan kemajuan dalam merestrukturisasi utang dalam dan luar negeri mereka.

Mereka juga mendapatkan dukungan dari IMF, tetapi masalah biaya hidup, pengangguran, dan kesulitan ekonomi masih ada.

KENYA: Risiko Tinggi Tekanan Utang

Kenya, negara di Afrika Timur, menghadapi risiko tinggi dalam hal utang. Utang pemerintah mereka mencapai 67,4 persen dari PDB pada akhir 2022.

Pemerintahan Presiden William Ruto mencoba mengatasi masalah ini dengan mengurangi pengeluaran dan menaikkan pajak. Namun, harga minyak yang melonjak dan pelemahan mata uang menimbulkan ketidakpastian.

Krisis Utang yang Lainnya

Selain negara-negara di atas, beberapa negara lain juga mengalami masalah utang serius.

LEBANON: Krisis yang Tidak Kunjung Usai

Lebanon sudah menghadapi gagal bayar sejak 2020. IMF mengingatkan bahwa jika kondisi ini terus berlanjut, utang pemerintah mereka bisa mencapai 547 persen dari PDB pada 2027.

PAKISTAN: Utang dan Pemilu

Pakistan memerlukan lebih dari 22 miliar dolar AS untuk membayar utang luar negeri mereka. Mereka juga menghadapi inflasi dan suku bunga tinggi.

Cadangan devisa mereka cukup untuk pemilu yang akan datang, tetapi dukungan internasional menjadi pertanyaan besar.

SRI LANKA: Krisis Akibat Pandemi

Sri Lanka mengalami gagal bayar utang luar negeri pada Mei 2022 akibat pandemi COVID-19. Mereka mencoba merombak utang mereka, tetapi masih ada perdebatan tentang dampaknya pada bank-bank domestik dan investor.

TUNISIA: Krisis di Afrika Utara

Tunisia mengalami guncangan sejak revolusi 2011 dan berada dalam krisis ekonomi. Mereka juga menghadapi masalah dengan eurobond yang jatuh tempo.

Pinjaman IMF mereka ditolak oleh presiden, dan rakyat terus menghadapi kesulitan ekonomi.

UKRAINA: Konflik dan Utang

Ukraina membekukan pembayaran utang setelah invasi Rusia. Mereka memerlukan dukungan internasional yang besar untuk memulihkan ekonomi mereka.

ZAMBIA: Simbol Masalah dalam Kerangka Kerja Bersama

Zambia mengalami gagal bayar selama pandemi COVID-19 dan akhirnya mencapai kesepakatan restrukturisasi utang senilai 6,3 miliar dolar AS. Mereka berharap untuk menyelesaikan masalah utang ini dalam waktu dekat.

Kesimpulan

Krisis utang sedang menghantui sejumlah negara berkembang, dan solusi untuk masalah ini tidak mudah. IMF dan Bank Dunia harus bekerja sama dengan negara-negara ini untuk menemukan cara keluar yang baik.

Krisis utang dapat berdampak serius pada stabilitas ekonomi global, dan penyelesaiannya menjadi penting bagi semua pihak yang terlibat.

Temukan Artikel Viral kami di Google News