Harian Lampung Co Id – Bagi banyak orang tua baru, keputusan menyunat anak bukan sekadar soal tradisi—tapi juga soal kesehatan.
Ketika dokter menyebut kata “fimosis”, pikiran langsung melayang ke ruang operasi.
Tapi benarkah semua fimosis harus disunat?
Baca Juga : Apa Itu Fimosis
Atau justru ada waktu yang lebih tepat dan pendekatan yang lebih lembut?
Kapan Khitan Sunat untuk Fimosis Pada Anak
Artikel ini akan membantumu memahami kapan sunat menjadi pilihan medis yang tepat untuk fimosis, dan kapan kamu bisa menunggu sambil melakukan perawatan konservatif di rumah.
1. Tidak Semua Fimosis Butuh Sunat
Fimosis fisiologis yang umum terjadi pada bayi dan balita biasanya akan membaik sendiri seiring pertumbuhan.
Kulup akan mulai terbuka secara alami tanpa perlu tindakan medis.
Kapan bisa ditunda:
- Anak tidak mengalami nyeri saat BAK
- Tidak ada infeksi berulang
- Kulup masih bisa dibersihkan dengan baik
2. Tanda-Tanda Fimosis yang Perlu Penanganan Medis
Sunat mulai dipertimbangkan jika muncul gejala seperti:
- Nyeri hebat saat buang air kecil
- Infeksi berulang (balanitis)
- Pembengkakan ekstrem
Parafimosis (kulup terjebak di belakang kepala penis dan tidak bisa kembali)
3. Alternatif Sebelum Sunat: Perawatan Konservatif
Sebelum mengambil keputusan besar, dokter biasanya akan menyarankan:
- Salep kortikosteroid untuk melunakkan kulup
- Latihan peregangan ringan di bawah pengawasan medis
- Perawatan kebersihan harian yang tepat
Jika metode ini gagal dan gejala tetap muncul, barulah sunat menjadi opsi yang lebih kuat.
4. Sunat: Prosedur, Risiko, dan Pemulihan
Jika sunat memang dibutuhkan, berikut yang perlu diketahui:
- Dilakukan oleh dokter spesialis anak atau urologi
- Biasanya prosedur singkat dan minim risiko jika dilakukan pada usia dini
- Pemulihan 7–10 hari, dengan perawatan luka yang lembut dan higienis
5. Jangan Terburu-Buru, Tapi Jangan Abaikan
Keputusan menyunat anak karena fimosis bukan soal cepat-cepatan, tapi soal kesiapan dan kebutuhan medis.
Konsultasi rutin dan observasi gejala adalah kunci.
Sunat bisa menjadi solusi tepat untuk fimosis—tapi bukan satu-satunya.
Dengan pemahaman yang utuh dan komunikasi terbuka dengan dokter, kamu bisa membuat keputusan terbaik untuk kesehatan si kecil.
Ingat, menjadi orang tua bukan soal tahu segalanya, tapi soal mau belajar dan bertumbuh bersama anak.
📌 Jangan sampai terlewat!
- ➡️ Jangan Panik! Ini Cara Merawat Fimosis Anak Tanpa Harus ke Dokter
- ➡️ Fimosis pada Anak: 5 Kesalahan Umum Orang Tua Baru dan Cara Menghindarinya
📲 Follow Harian Lampung untuk berita lainnya agar lebih UpDate!