News  

Ada Faktor dari Australia di Balik Hujan Ekstrem di Sulawesi Selatan

Banjir yang terjadi di Kota Makassar, Sulawesi Selatan pada 12-13 Februari merupakan banjir yang didahului curah hujan ekstrem.

Hal ini dipicu oleh beberapa faktor, yaitu aktifnya Monsun Asia disertai dengan aliran lintas ekuator yang signifikan pada 10 dan 11 Februari 2023, penguatan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Australia bagian utara, serta aktivitas gelombang Rossby Ekuatorial.

Baca Juga :   KUR BRI 2023 Kapan Dibuka Lagi? Buruan Cek kur.bri.co.id

Akibatnya, potensi hujan lebat masih harus diwaspadai di wilayah Sulawesi Selatan hingga 17 Februari mendatang.

Berdasarkan data per 13 Februari, sebanyak 37 titik pengungsian pada delapan kecamatan tersebar di 45 kelurahan.

Sedangkan per 14 Februari, tersisa 28 titik pengungsian pada empat kecamatan di 14 kelurahan. Data penyintas banjir per 14 Februari tercatat sebanyak 2.293 jiwa dengan 681 Kepala Keluarga tersebar.

Baca Juga :   Mendadak Menteri Erick Thohir Bicara Program Safety Riding

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Makassar pun telah berupaya menangkap dampak dari banjir tersebut.

Beberapa upaya yang dilakukan antara lain pengungsian pengungsi, pengarahan jalan, serta pembagian bantuan.

Untuk mengatasi masalah banjir di Kota Makassar, BPBD Makassar menyarankan warga untuk mewaspadai potensi banjir, menjaga kondisi sungai, tidak membuang sampah sembarangan, dan menanam pohon di sekitar sungai.

Baca Juga :   Kanwil Kemenkumham Lampung Bentuk Tim Investigasi, Usut Napi Tewas di LKPA Bandar Lampung

Kondisi banjir di Kota Makassar ini mengingatkan betapa pentingnya kita menjaga lingkungan dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Hal ini karena menurut para ahli, perubahan iklim adalah salah satu penyebab banjir di berbagai wilayah di Indonesia.

Kita pun perlu lebih sadar dan bertanggung jawab terhadap lingkungan agar kondisi banjir seperti ini tidak terulang kembali.